NKRI Dulu dan Kini Kau Tetaplah Negeriku

NKRI Dulu dan Kini Kau Tetaplah Negeriku

Indonesia adalah merupakan negara kepulauan terbesar di kawasan Asia Tenggara bahkan di dunia, dan mayoritas penduduknya beragama Islam, keberadaan umat islam di Indonesia adalah Anugerah dari Allah swt yang merupakan kenikmatan yang tiada tara. Dalam perjalanannya Islam Ke wilayah Nusantara dulu kini Indonesia tak lepas dari para saudagar para pedagang Gujarat, proses kebudayaan dan pernikahan. Kemudian lebih signifikan lagi perintah Dinasti Turki Utsmani yang di pimpin oleh Sultan Muhammad I yang mengumpulkan para Ulama yang memiliki Karomah Untuk menyebarkan Dakwah Islam di wilayah Nusantara yang dulu terkenal dengan Majapahit, Sriwijaya dan Demak sebagai kerajaan yang cukup dominan di wilayah nusantara ini.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan dunia maka berdirilah Indonesia yang telah berhasil keluar dari kolonialisme Belanda dan Jepang, perjuangan rakyat Indonesia yang tak pernah di lupakan dalam benak kita semua.
Indonesia negeri yang memiliki kekhasan dan unik untuk di kaji bahkan di jadikan suatu percontohan didunia pada saat ini , mengapa tidak? negeri yang majemuk di dunia ini memeliki banyak suku,budaya, agama, ras, dan Bahasa meskipun demikian tidak menjadikan perbedaan untuk saling menjatuhkan malah menjadi kesatuan dibawah bendera merah putih. Inilah bangsa kita bangsa Indonesia menuju kembali pada kemajuan yang hakiki menilik sejarah kita dulu punya Sriwijaya, Majapahit,Demak dan Mataram, sudah saatnya kita merenungi bahwa banga kita adalah bangsa yang kuat dan memeliki peradaban yang lebih maju dari Amerika Serikat , janganlah kita melupakan sejarah. Walaupun saat ini kita selalu muak dengan pola tingkah laku para pejabat pemerintah kita yang korup dan bejat yang tidak berpihak kepada rakyatnya sendiri di karenakan lebih mengurusi perutnya masing-masing sungguh ironis. Negeri ini bisa terlepas dari keterpurukan asalkan kita mau bersatu dan sama-sama untuk berjuang seperti dulu mengantarkan Indonesia ke gerbang Kemerdekaan dan kini ke gerbang Kemajuan , jangan pernah menyerah pada keputusasan dan skeptis pada kecerdasan anak-anak bangsa asli Indonesia jangan merasa minder dengan lebih percaya pada bangsa asing.
Imam Abu Hasan Al-Mawardi dalam Kitabnya Adab Ad-Dunya Wa Ad-Din Mengatakan “ Sangat Di Butuhkan Pemimpin Negara berwibawa yang dapat menyatukan ragam aspirasi, menyatukan hati yang berbeda-beda, menindak pihak-pihak yang selalu ingin menjatuhkan orang lain, dan mengekang pihak-pihak yang melewati batas, sebab, manusia secara naluri senang mengalahkan orang lain, berlomba-lomba untuk mendapat apa yang di inginkannya, dan berlaku kasar kepada siapa saja yang menentangnya tidak ada yang dapat menahannya, kecuali sesuatu yang kuat, yaitu Imam atau sultan (Presiden). “ 12-14. Apa yang di kemukakan oleh Imam Al-mawardi tersebut maka seyogyanya kita itu benar-benar memilih pemimpin yang berwibawa dan bijaksana, jangan karena kita di suap dengan uang, beras, telur supaya memilihnya. sejak awalnya saja para pemimpin kita sudah salah arah mereka menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuan sebagai wakil rakyat. Maka tak heran kalau habis jadi anggota dewan atau kepala daerah langsung mendekam di jeruji sel. Ini adalah pelajaran buat kita semua supaya lebih dewasa lagi dalam berdemokrasi bukan sebaliknya.
Sejak runtuhnya rezim orde baru yang di tandai dengan pengunduran diri Almarhum Presiden Soeharto gejolak politik yang menggelora di negeri ini kian semarak, saking senangnya maka berlomba-lomba bikin partai politik dengan berbagai latar belakang basis masa yang berbeda, ada Nasionalis dan religius meskipun semua partai tujuannya satu, yaitu kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa. Kebebasan berdemokrasi yang baru dirasakan oleh negeri ini karena selama 32 tahun kita terpasung oleh rezim orde baru yang terlalu otoriter. Saatnya kita sama-sama bergandengan tangan untuk bangsa Indonesia agar dapat membangun dan mewujudkan keadilan sosial serta mewujudkan kehidupan berbangsa dan bertanah air yang lebih baik dengan tanpa menghilangkan hal yang lama yang baik dengan yang lebih baik lagi.
Rintangan demi rintangan negeri ini bukan hanya pada pola tingkah laku para pejabatnya yang korup saja, namun ada konspirasi asing juga yang berperan mengkisruhkan negeri ini baik yang mewakilinya ada yang berbasis politik, agama bahkan kebudayaan. Sungguh begitu pentingnya negeri ini sejak dari zamannya belanda sampai pada saat ini dunia selalu melirik Indonesia, mengapa tidak? anugerah yang diberikan Allah Swt pada negeri ini banyak sekali Sumber daya Alam yang begitu mempesona dan di tambah lagi perairan yang begitu luas bahkan di bawah perut bumi kita ini ada minyak, emas dsb. Inilah mengapa dunia selau tertarik pada negeri Nusantara ini. tapi mengapa para pemimpin kita ini tidak seperti yang kita harapkan malah sebaliknya, tapi itu tidak membuat kita lemah yang hanya duduk terdiam tanpa bertindak dan bangkit melawan, melawan dengan cara apa? Yang jelas kita tidak boleh terhasut oleh perangkap syeitan yang justru menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa kita, dengan cara terus menasihati tanpa kenal lelah dan kasih tahu solusi-solusi yang terbaik dengan jalan musyawarah Karena hanya dengan cara itulah insya Allah mudah-mudahan para pejabat kita dibukakan pintu hidayahnya. Permasalahan yang timbul pula banyaknya firqoh-firqoh yang kembali mencuat ada yang bilang bahwa solusi yang tepat adalah kita mesti menegakkan khilafah dan kembali pada al-qur’an dan hadits. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pearadaban islam dengan politik begitu kental dan di ibaratkan dua mata uang yang tidak bisa di pisahkan. Mengapa di Indonesia banyak kepentingan apalagi yang menyangkut masalah yang sensitive yaitu agama sebuah keyakinan pada Tuhan , karena bangsa kita ini masih tertinggal dalam pendidikan hingga tak dapat di bedakan mana kepentingan politik mana kepentingan agama. Hingga selalu terkompori dari sikap pragmatisme kepentingan politik semata. Misalnya hadirnya organisasi politik transnasional yang di wakili oleh Hizbut Tahrir mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Hapusnya lembaga Khilafah di Turki mengakibatkan Dunia islam kembali memasuki era baru dalam sejarahnya umat islam tidak lagi terpolarisasi pada eksperimentasi kenegaraan yang terikat dengan ideologi Islam sebagai pemersatu dalam satu daulah islamiyah. Akan tetapi telah berkembang pada satu gagasan atau sistem yang berdasarkan nasionalisme munculnya gagasan ini yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat islam dalam perjuangan untuk mewujudkan Negara bangsa (national state) yang merdeka, bebas dari pengaruh politik barat.
Menurut Munawir Syadzali, terdapat tiga hal yang melatarbelakangi pemikiran politik islam kontemporer yang mulai muncul menjelang akhir abad 19 M. ketiga hal tersebut adalah :
Pertama : bersumber dari faktor-faktor internal yang menyebabkan kemunduran dan kerapuhan dunia islam itu sendiri dan akibatnya muncul-muncul gerakan pembaharu dan pemurnian.
Kedua: retaknya hubungan baik antara dunia islam dengan barat yang merongrong keutuhan kekuasaan politik yang berakhir dengan dominasi penjajahan terhadap sebagian besar wilayah islam dan kemunculanya itu sikap anti barat yang melanda umat islam di berbagai belahan dunia.
Ketiga, keunggulan barat dalam peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun bidang organisasi. Tiga hal tersebut sangat mewarnai orientasi pemikir ketatanegaraan islam pada zaman baru, tetapi tiga hal itu pula yang mengakibatkan adanya keanekaragaman aliran pemikiran.
Terjadinya keragaman praktik dan pemikiran kenegaraan tidak hanya dipengaruhi dari dalam islam itu sendiri akan tetapi baik factor intern maupun ekstern sama-sama turut berpengaruh terhadap keragaman tersebut. eksperimentasi kenegaraan tumbuh beragam atas dasar ideology yang berbeda pula. Pada masa ini Islam tidak lagi dihadapkan pembicaraan pada tataran ideologis semata tetapi mengembalikan pengertiannya pada seluruh aspek kehidupan dengan tugas Islam yang utama yaitu mengembangkan keshalihan sosial berupa Akhlak yang memungkinkan tercapainya kesejahteraan umat manusia baik melalui bentuk masyarakat yang bernama Negara nasional maupun Negara bagsa atau di luarnya.
Menurut Azyumardi Azra, keragaman sistem kenegaraan dan pengalaman politik “Negara-negara Islam”. Dewasa ini di samping bersumber dari perkembangan pemikiran bersumber dari perkembangan pemikiran dan perbedaan pendapat di kalangan para pemikir politik kenegaraan islam tentang hubungan Din Daulah, juga banyak di pengaruhi oleh singkat kedalaman pengaruh Barat atas wilayah muslim tertentu. Sementara tingkat penetrasi “Islam” ke dalam Negara dan politik juga berbeda-beda. Akhirnya pada wujudnya yang konkrit, mengandung suatu pertanyaan yang besar manakala diantara Negara muslim diera modern ini yang betul-betul sebagai prototype (pola dasar) dari apa yang di sebut “Negara Islam”. Apakah Iran atau Saudi Arabia atau bahkan Pakistan yang dapat disebut sebagai representasi “Negara Islam” yang sesungguhnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas bahwa paradigma pemikiran kenegaraan dalam Islam masih perlu di apresiasi karena itu masih terdapat perbedaan pandangan mengenai hubungan agama dan Negara. konsekuensi logis dari perbedaan pandangan tersebut membawa kepada keragaman dalam praktek, khususnya pada eksperimentasi kenegaraan masa kini. Hal ini di perkuat tidak adanya suatu aturan yang baku, baik dalam al-qur’an maupun sunnah Nabi.
Munculnya Barat sebagai kekuatan diberbagai belahan dunia pada abad 20, berpengaruh pula terhadap gagasan mengenai sistem kenegaraan dalam Islam..
Negeri ini meskipun tidak menjadi sebuah Negara islam namun nilai-nilai implementasinya tetap sesuai dengan ajaran Islam, karena dalam kemajemukan ini kita mesti bersikap legowo dan bijaksana.

Comments

Popular Posts