Daripada gak ada kegiatan, mending sayah nulis uneg-unnnnnneggggg

Andai aku ingin jadi calon presiden, calon gubernur, calon walikota, dan calon bupati.

Bersiaplah untuk :

# Jika maju sebagai calon dari jalur partai politik maka harus menyiapkan dana sebesar mungkin melebihi dana yang dikeluarkan oleh calon kandidat lain karena biasanya partai politik hanya akan melirik calon yang berkantong tebal dan populer dimata masyarakat. Soal kemampuan kepemimpinan, pengetahuan politik, atau kecakapan akan dikesampingkan dulu, yang penting populer. Jika maju sebagai calon independen maka dana yang dipersiapkan harus ditanggung sendiri atau “ada yang membiayai”.

# Melakukan obral janji dalam kampanye (dilaksanakan atau tidaknya urusan belakangan, yang penting janji dulu), menyiapkan acara musik dalam kampanye (faktanya panggung kampanye pasti menampilkan konser musik, orasi politik jarang yang mengena, kalaupun ada orasi politik hanya sedikit dari peserta kampanye yang bersedia mendengarkan karena mereka hadir bukan atas kemauan atau kesadaran sendiri, tapi lebih karena diiming-imingi uang bahkan kendaraan pun sudah dipersiapkan untuk mengangkut peserta kampanye sejak dari rumahnya masing-masing, bagi orang yang berpikiran pendek---- inilah saatnya meraup keuntungan dari kesempatan yang datang 5 tahun sekali, minimalnya panen kaos).

# Mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat, tempat ibadah, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, pasar, masyarakat kecil, orang sakit, orang yang tersangkut hukum namun diperlakukan tidak adil. Tujuannya hanya satu, membuat berita agar tampil di media sehingga membentuk pencitraan, setelah sukses membentuk pencitraan maka tingkat elektabilitas akan meningkat menurut lembaga-lembaga survei.

# Bersiap untuk menerima berbagai kunjungan sekaligus permintaan dari masyarakat yang isinya macam-macam, mulai dari pengajuan proposal pembangunan, undangan ceramah, hingga acara gunting pita.

# Jika dinyatakan kalah dalam pemilihan, banyak yang tidak begitu saja menerima kekalahan. Karena sesudahnya pasti mengorganisir orang untuk melakukan demonstrasi serta membuat tim untuk mencari letak kesalahan kandidat yang menang, setelah itu diajukan ke Mahkamah Konstitusi yang berharap ada keajaiban sehingga hasil pemilihan dibatalkan, minimalnya diadakan penghitungan ulang bahkan jika memungkinkan sampai pemilihan ulang.

# Jika menang dengan jalan yang salah, pasti akan sulit menentukan pembantu-pembantu terdekatnya karena hal itu berkaitan dengan koalisi dan juga balas budi dengan partai politik pengusung.

# Segera melakukan “balik modal” atas biaya yang dikeluarkan untuk menjadi pemenang dalam pemilihan. Modus terbanyak adalah dengan banyak membuat peraturan yang memungkinkan adanya celah untuk penggelapan dan manipulasi.

# Membuat lobi-lobi politik ke dewan legislatif dengan tujuan agar legislatif mengamankan setiap kebijakannya, padahal sejatinya legislatif berfungsi sebagai pengawas dan pengontrol eksekutif agar tidak menabrak aturan dan Undang-Undang.

# Jika dalam periode pertama modal yang dikeluarkan belum kembali, maka bersiaplah untuk maju kembali pada periode kedua. Kebijakan yang diambil mesti menguntungkan dirinya agar tetap eksis dan populer dimata masyarakat.

# Setelah habis masa jabatan kedua, maka akan menyiapkan penggantinya. Calon penerusnya diambil bukan dari pengkaderan kepemimpinan, melainkan dengan menyiapkan anak, menantu, suami, istri, ataupun keponakan untuk menjadi suksesornya. Tak ada yang salah dengan dinasti politiknya, hanya saja menyalahkan niat dibalik dinasti politik tersebut.

Dengan fakta-fakta diatas maka, jika saya menjadi Presiden, Gubernur, Walikota, ataupun Bupati.

# Saya akan kesulitan menentukan pembantu-pembantu terdekat, meskipun memiliki hak preogratif namun akan sulit menghindar dari tekanan partai politik pengusung. Zaken kabinet hanya saya kenal dari buku sejarah.

# Dengan tidak menempatkan sesorang menurut kemampuannya, maka fungsi pelayanan publik tidak akan maksimal.

Pemecahannya :

  1. Pendidikan kesadaran berpolitik harus ditanamkan kepada seluruh masyarakat karena negara kita mengenal “one man one vote”. Lebih jelasnya, jika ada calon pemimpin memberikan sejumlah uang atau barang, ya terima saja, masalah pemilihan itu urusan nanti dibalik TPS saja.
  2. Pendidikan kesadaran dan kewarasan harus dimiliki oleh setiap calon pemimpin. Hal ini bertujuan untuk membentuk karakter pribadi agar tidak menghalalkan segala cara untuk menang.
  3. Partai politik dibangun bukan dengan tujuan berkuasa tapi semata-mata sebagai sarana pemberdayaan masyarakat.
  4. Melakukan evaluasi dan koreksi atas Undang-undang yang memungkinkan terjadinya praktek manipulasi dan korupsi.

SAYA PERCAYA………………………….

  1. Masih ada orang-orang yang berjiwa idealis untuk kesejahteraan rakyat baik di eksekutif, maupun legislatif. Hanya saja jarang terekspos oleh media. Karena biasanya media berpedoman “bad news is good news”.
  2. Masih ada media yang netral dan memiliki hati nurani. Jangan ada lagi ungkapan Joseph Goebbels “sebarkan terus kebohongan kepada masyarakat, maka lama-kelamaan masyarakat akan meyakininya sebagai sebuah kebenaran. Sesungguhnya kebohongan yang terbesar adalah kebenaran yang sedikit saja dibengkokkan”.
  3. Masih ada harapan untuk menjadi lebih baik lagi di negeri ini dengan banyak terlibatnya generasi muda dari buta politik menjadi melek politik.

Comments

Popular Posts